Kamis, 01 Maret 2018

Penjualan komponen komputer

Komponen Komputer


Tentang Kami
Kami adalah toko komponen komputer yang berlokasi di kota Jakarta, DKI Jakarta, indonesia. kami baru berdiri sejak tahun 2017 tepatnya di bulan agustus hingga saat ini. kami berusaha memberikan pelayanan dan produk ter update kepada pembeli agar merasakan bagaimana teknology di jaman modern ini berkembang. kami selalu mengedepan kan pelayanan dalam berbisnis. Jika anda berminat bisa datang ke toko kami. Terima Kasih



Komponen komputer adalah salah satu kumpulan dari beberapa komponen-komponen yang memiliki fungsi saling berhubungan untuk menjalankan sebuah komputer. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak ada, maka suatu komputer tidak akan berjalan. Komponen komputer sendiri terdiri dari beberapa komponen yaitu: komponen hardware, komponen software dan komponen brainware.

Berikut adalah penjelasan dari beberapa komponen komputer beserta contoh dan fungsinya.

Komponen Hardware (perangkat keras)

Komponen hardware atau sering disebut dengan perangkat keras komputer adalah suatu komponen yang dapat dilihat oleh mata secara langsung dalam bentuk nyata dan dapat diraba. Perangkat keras ini juga salah satu alat yang terdiri dari beberapa komponen yang ada membentuk sebuah komputer. Apabila salah satu dari perangkat keras ini tidak berfungsi dalam penggunaannya maka dalam mengoperasikan komputer akan terganggu bahkan tidak akan berjalan.


1. Keyboard

Perangkat ini menjadi salah satu alat yang sangat penting dalam komputer. Komponen ini berfungsi sebagai media pengguna komputer untuk memasukan beberapa data seperti huruf dan angka. Selain untuk memasukan sebuah data, alat ini juga berfungsi untuk melakukan beberapa perintah seperti menyimpan dan juga membuka sebuah file.

Disini kami menjualnya berbagai merk dari Logitech, Razer, Steelseries, dll dengan harga yg bersahabat

Varian Logitect

Logitech memang sudah banyak yang menggunakannya, karena terpercaya dalam keawetannya dan murah. Meskipun sudah terbanting berkali-kali, tetap awet. Keyboad Logitech sangat cocok bagi sahabat yang sering melakukan kegiatan ketik-mengetik, terutama bagi orang yang memiliki pekerjaan kantoran.

Rp: 80.000,00



Varian Razer

Razer memang merk hardware yang sangat terkenal, terutama dalam penggunaannya yang populer oleh para gamer. Keyboard Razer bagus dalam performa dan keawetannya, juga dalam desainnya yang menarik dan membawa kesan modern.
Rp: 200.000,00 s/d 300.000,00


Varian Steelseries

Merk ini memang tidak terlalu populer. Namun siapa tahu, ternyata keyboard ini sudah banyak di gunakan dalam ajang kompetisi Game nasional maupun Internasional. Karena memang keyboard ini hampir sama dengan keyboard Razer. Keyboard ini adalah salah satu keyboard kelas atas yang tentu membuat harganya begitu mahal


Rp: 300.000,00 s/d 500.000,00



2. Processor

Processor adalah sebuah IC yang mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dengan fungsi melakukan perhitungan dan menjalankan tugas.

Varian Intel
Intel adalah processor yang dikeluarkan oleh perusahaan teknologi ternama yaitu Intel Corporation. Perusahaan yang berpusat di Amerika Serikat ini memiliki cukup banyak tipe processor komputer diantaranya Microprocessor 4004, 8008, 8080, 8086 dan 286. Selain itu tipe processor intel lainnya adalah intel pentium processor, intel atom, intel pentium pro processor, intel Cerelon Processor 1999, intel core i3, intel core i5, intel core i7

Tipe
Intel Pentium G850 2,9 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155    Rp: 1.250.000
Intel Pentium G860 3,0 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155    Rp: 1.350.000
Intel Pentium G870 3,1 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155    Rp: 1.450.000
Intel Pentium G2010 2,8 GHZ, Cache 3MB, Soket LGA 1155   Rp: 1.550.000
Intel Pentium G2120 3,1 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155    Rp: 1.650.000
Intel Core i3 2100 3,1 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155            Rp: 1.650.000
Intel Core i3 2120 3,3 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155            Rp: 1.750.000
Intel Core i3 3210 3,2 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155            Rp: 1.850.000
Intel Core i3 3220 3,3 GHz, Cache 3MB, Soket LGA 1155            Rp: 1.950.000
Intel Core i3 540 3,01 GHz, Cache 4MB, Soket LGA 1156          Rp: 2.000.000
Intel Core i3 550 3,2 GHz, Cache 4MB, Soket LGA 1156            Rp: 2.100.000
Intel Core i5 3330 3,0 GHz, Cache 6MB, Soket LGA 1155            Rp: 2.100.000
Intel Core i5 3450 3,1 GHz, Cache 6MB, Soket LGA 1155            Rp: 2.200.000
Intel Core i5 3470 3,2 GHz, Cache 6MB, Soket LGA 1155            Rp: 2.300.000
Intel Core i5 3570K 3,4 GHz, Cache 6MB, Soket LGA 1155    Rp: 3.000.000
Intel Core i7 3770 3,4 GHz, Cache 8MB, Soket LGA 1155            Rp: 2.500.000
Intel Core i7 3770K 3,4 GHz, Cache 8MB, Soket LGA 1155    Rp: 3.500.000
Intel Core i7 3820 3,6 GHz, Cache 10MB, Soket LGA 2011          Rp: 3.100.000
Intel Core i7 3930K 3,2 GHz, Cache 12MB, Soket LGA 2011  Rp: 4.000.000
Intel Core i7 3960X 3,3 GHz, Cache 15MB, Soket LGA 2011  Rp: 4.500.000
Intel Core i7 3970X 3,5 GHz, Cache 15MB, Soket LGA 2011  Rp: 4.900.000

Sabtu, 03 Juni 2017

End-User Computing



DEFINISI END-USER COMPUTING 
End User Computing (EUC) systems adalah sistem informasi berbasis komputer yang secara langsung mendukung aplikasi operasional dan manajerial oleh end users
End User Computing salah satu metode pengembangan sistem berbasis komputer yang dilakukan oleh pemakai sendiri (user).
Selama tahun tahun terakhir ini ,banyak pemakai telah mengambil inisiatif untuk mengembangkan aplikasi mereka sendiri dari pada bergantung sepenuhnya pada para specialist informasi. Pendekatan ini dinamakan end-user computing atau EUC. Namun pemakai dapat menggunakan para specialist informasi untuk melaksanakan pekerjaan pengembangan atau untuk menjadi konsultan.


LATAR BELAKANG MUNCULNYA END-USER COMPUTING
Bila CIO mempunyai pengaruh, sumber-sumber informasi perusahaan juga akan mengalami perubahan. Selama beberapa tahun, trend operasi pelayanan informasi terpusat telah berubah menjadi trend pendistribusian sumber-sumber komputerisasi keseluruh perusahaan, terutama dalam bentuk mikrokomputer.
Sebagian besar dari peralatan yang didistribusikan ini digunakan oleh pemakaian yang tidak mempunyai pemahaman komputer secara khusus. Aplikasi-aplikasi dari pemakai ini terdiri atas software tertulis yang telah dibuat oleh bagian unit pelayanan informasi atau diperoleh dari sumber-sumber luar. Namun demikian, ada juga pemakai yang hanya mengunakan komputer. Mereka ini juga mendisain dan mengimplementasikan aplikasinya sendiri.
Sekarang perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk mengolah sumber-sumber informasi yang tersebar tersebut . dalam bagian in, kita akan meneliti gejal-gejalanya dan mencari beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar ia dapat mencapai tingkat kontrol yang diharapkan.


END-USER COMPUTING sebagai masalah strategis
Para pemakai akhir dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan berdasarkan kemampuan komputer .

  1. Pemakai Akhir tingkat menu (menu- level end– users) yaitu, pemakai akhir yang tidak mapu menciptakan perangkat lunak sendiri tetapi dapat berkomunikasi dengan perangkat lunak jadi dengan menggunakan menu yang ditampilkan oleh perangkat lunak berbasis Windows dan Mac
  2. Pemakai akhir tingkat perintah (command level end-users) pemakai akhir memiliki kemampuan menggunakan perangkat lunak jadi untuk memilih menu dan menggunakan bahasa perintah dari perangkat lunak untuk melaksanakan operasi aritmatika dan logika pada data.
  3. Pemakai akhir tingkat programmer (End-User Programmer) pemakai akhir dapat menggunakan bahasa-bahasa pemrograman seperti BASIC atau C++ dan mengembangkan program-program sesuai kebutuhan.
  4. Personil pendukung fungsional yaitu, spesialis informasi dalam arti sesungguhnya tetapi mereka berdidikasi pada area pemakai tertentu dan melapor pada manajer fungsional mereka.


JENIS-JENIS APLIKASI END-USER COMPUTING
Sebagian besar aplikasi End-User Computing dibatasi pada:

  1. Sistem pendukung keputusan (DSS) yang relatif mudah
  2. Aplikasi kantor virtual yang memenuhi kebutuhan perseorangan. 
Selebihnya adalah tanggung jawab spesialis informasi untuk bekerja sama dengan pemakai dalam mengembangkan:

  • Aplikasi SIM dan SIA
  • DSS yang rumit
  • Aplikasi kantor virtual yang memenuhi kebutuhan organisasional
  • Sistem berbasis pengetahuan


MANFAAT END-USER COMPUTING

  • EUC menyeimbangkan kemampuan pengembang dengan tantangan sistem EUC menghilangkan atau mengurangi kesenjangan komunikasi antara pemakai dan spesialis informasi.
  • Kreasi, pengendalian, dan implementasi oleh pemakai
  • Sistem yang memenuhi kebutuhan pemakai
  • Ketepatan waktu
  • Membebaskan sumber daya sistem
  • Kefleksibilitasan dan kemudahan penggunaan


APLIKASI END-USER POTENSIAL
End-User Computing hanya terbatas pada aplikasi DSS dan otomatisasi kantor, seperti word processing, pengiriman elektronik, dan pengkalenderan elektronik, yang dapat disesuaikan dengan sekelompok kecil pemakai. Dengan memahami aplikasi yang mana yang mungkin dikembangkan dan yang mungkin tidak bisa dikembangkan oleh End-User, maka hal ini akan menjadi teka-teki bagi arah perkembangan end-user computing. Ia memberikan indikasi mengenai bagaimana end-user dan spesialis informasi akan berdampingan dimasa mendatang.


RESIKO END-USER COMPUTING 
Perusahaan dihadapkan pada resiko ketika para pemakai mengembangkan sistem mereka sendiri antara lain adalah :
  • Sistem yang buruk sasarannya
  • Sistem yang buruk rancangan dan dokumentasinya.
  • Penggunaan Sumber daya informasi yang tidak efisien
  • Hilangnya Integritas Data
  • Hilangnya keamanan
  • Hilangnya pengendalian
Resiko di atas dapat berkurang jika jasa informasi yang mengembangkan sistem, karena adanya pengendalian terpusat.


JENIS END-USER COMPUTING 
Salah satu study pertama mengenai end-user dilakukan pada tahun 1993 oleh John Rockart dari MIT dan Lauren S. Flannery, seorang mahasiswa jurusan MIT. Mereka menginterview 200 end-user ditujuh perusahaan dan menidentifikasi enam jenis, yaitu:
  1. End-User Non-Pemrograman. Pemakai (user) ini hanya mempunyai pemahaman komputer yang sedikit atau mungkin tak punya sama sekali, dan ia hanya menggunakan sofware yang telah dibuat oleh orang lain. Ia berkomunikasi dengan hadware dengan bantuan menu dan mengandalkan orang lain untuk memberikan bantuan teknis.
  2. User Tingkatan Perintah. Pemakai (user) ini menggunakan sofware tertulis yang telah tersedia, namun ia juga menggunakan 4GL untuk mengakses database dan membuat laporan khusus.
  3. Progemmer End-User. Selain menggunakan sofware tertulis dan 4GL, pemakaian ini juga dapat menulis programnya sendiri dan menggunakan bahasa programan. Karena ia mempunyai pemahaman komputer yang lebih baik, ia biasanya menghasilkan informasi untuk pemakian non-programan dan pemakai tingkat perintah. Contoh pemakai jenis ini adalah aktuaris (penaksir), analis keuangan, dan insiyur.
  4. Personel Pendukung Fungsional. Pemakai ini ditugaskan di unit fungsional perusahaan dan menangani penggunaan komputer. Ia mempunyai tingkatan sebagai ahli seperti yang ada di unit pelayanan informasi.
  5. Personel Pendukung Komputerisasi End-User. Spesialis informasi ini ditugaskan di unit pelayanan informasi, namun membantu end-user dalam pengembangan sistem.
  6. Programmer DP. Ia merupakan golongan programer khusus, yang ditugaskan di pelayanan informasi, yang diharapkan memberikan dukungan kepada end-user. Dukungan ini biasanya diberikan untuk menentukan harga kontrak.


FAKTOR YANG MENDORONG END-USER COMPUTING 
Pada sebagian besar perusahaan, bagian pelayanan informasi terlalu banyak muatan kerja dan disitu terdapat antrean panjang pekerjaan yang menunggu pengimplemenstasiannya.
  • Adanya timbunan pelayanan informasi ini merupakan sebab utama mengapa end-user computing menjadi popular, dimana pemakai menjadi tidak sabar dan memutuskan untuk melakukan pekerjaannya sendiri.
  • Faktor lain adalah murahnya dan mudahnya penggunaan hardware dan software. Pemakai dapat membeli PC dan beberapa software pengembangan aplikasi dengan hanya seribu dolar atau sekitarnya, seringkali tidak usah melalui channel yang resmi.
  • Pemahaman pemakai mengenai komputer dan informasi juga merupakan faktor menjadi populernya end-user computing ini. Sekarang semakin banyak pemakai yang telah mempelajari keterampilan komputer di sekolah dan mereka mempunyaikeyaknan yang kuat terhadap kemampuannya ini. Mereka tidak ragu-ragu lagi untuk mengembangkan dan membuat aplikasinya sendiri.
  • Beberapa pemakai terdorong oleh prospek mengenai diperolehnya kemampuan untuk melakukan kontrol yag lebih cermat atas komputerisasi mereka. Pandangan ini diakibatkan oleh ketidakpercayaan mereka terhadap pelayanan informasi. Mungkin ada beberapa kasu-kasus kesalahan dan penembusan keamanan dalam pelayanan informasi.
  • Pemakai mungkin juga terdorong untuk mengurangi biaya pemrosesan. Situadi ini terjadi dalam perusahaan yang memindahkan pembiayaan pengembangan dan penggunaan sistemkepada departemen yang memakai sistem tersebut, dan biaya tersebut diangap terlalu tinggi.
  • Pengaruh atau dorongan eksekutif juga merupakan faktor. Phillip Ein-Dor dan Eli Segev, profesor pada Tel Aviv Univeristy, mangumpulkan data dari 21 perusahaan di wilayah Los Angeles dan mendapatkan bahwa persentasi end-user manajemen dan non-manajemen akan lebih tinggi jika CEO adalah pemakai.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN EUC/EUD
Pengembangan sistem informasi yang dikembangkan oleh pemakai sistem merupakan fenomena dalam pengembangan suatu sistem informasi. Tentu saja ini hanya akan efektif jika dampak dari sistem yang dikembangkan dengan cara ini tidak luas atau konfrehensif dan selama itu mampu sah saja dilakukan. Meskipun demikian pengembang sistem harus tahu dulu keunggulan serta kelemahan dari metode pengembangan en user computing ini.
 
Berikut ini ada beberapa kelebihan dari EUC, yaitu:
  1. Dapat menghindari permasalahan kemacetan di departemen sistem informasi. Artinya dengan EUC, aplikasi yang dibutuhkan akan dapat diselesaikan dengan lebih cepat Karena dikembangkan sendiri oleh pemakai sistem. 
  2. Kebutuhan pemakai sistem dapat lebih terpenuhi karena dapat dikembangkan sendiri oleh pemakai, tentunya dalam hal ini pmakai akan lebih mengerti atau memahami kebutuhan informasi sendiri bila dibandingkan dengan dikembangkan oleh pihak lain. 
  3. Menambah atau meningkatkan partisifasi aktif pemakai dalam proses pengembangan sistemnya sehingga akan aa kepuasan sendiri dari pemakai sistem. 
  4. Dapat menambah kualitas pemahaman pemakai terhadap aplikasi yang dikembangkan serta teknollogi yang digunakan dalam sistem.
 
Selain memiliki beberapa keunggulan seperti di atas, pengembangan sistm nformasi oleh pemakai ( end user computing ) juga memiliki kelemahan-kelemahan yang mesti mendapat perhatian pengembang sistem. Kelemahan-kelemahan itu adalah sebagai berikut:
  1. Karena pemakai sistm harus mengembangkan aplikasinya sendiri, maka dalam hal ini pemakai sekaligus pengembang sistem dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai teknologi informasi (computer literacy) serta pemahaman tentang pengembangan sistem infomasi. Dalam kenyataannya tidak semua pemakai (manajer) memiliki pemahaman yang dimaksud. 
  2. End user computing memiliki resiko dapat menggangu bahkan merusak sistem informasi di luar yang dikembangkan oleh pemakai sistem. Akibat dari ini misalnya saja dapt merusak data pada basis data perusahaan jika pemakai sistem melakukan oparasi seperti update data yang salah. 
  3. End user computing pasti akan berhadapan dengan maslah kemampuan teknis pemakai sekaligus pengembang sistem. Maksudnya end user computing ini tidak akan efektif dan efisien jika pengembangnya adalah manajer perusahaan yang harus terlebih dahuu bahasa pemrograman computer untuk dapat membangun program aplikasi yang dibutuhkan. Paling tidaj ini akan sangat membutuhkan waktu. Sebaliknya jika manajer sebagai pemakai dan pengembang sistem tidak dapat membuat program aplikasinya, maka pnerapan EUC juga tidak akan efektif.

PENERAPAN END USER COMPUTING
Dibutuhkan pemahaman mengenai teknologi sistem informasi oleh pengembang yang akan melakukan pengembangan sistem sendiri. Jadi tidak akan efektif jika pengembang sistem tidak memiliki pemahaman tentang teknologi sistem informasi yang cukup, karena hal ini dipaksakan sudah bisa dipastikan tidak akan berhasil. Pertanyaan yang krusial mengenai waktu kapan penerapan EUC ini bisa dilakukan harus dijadikan pertimbangan yang benar-benar matang. Menurut Nolan’s stages paling tidak ada empat tahapan penting untuk dapat menentukan waktu yang tepat penerapan EUC ini, yaitu sebagai berikut.
 
1. Tahap inisasi (initiation)
Yaitu tahap dimana organisasi(perusahaan) mulai pertama kali mngenal teknologi informasi. Memasng secara umum perusahaan yang ada sudah melawati masa ini, meskipun masih ada juga beberapa yang masih dalam proses tahapan inisiasi ini.

2. Tahap ketularan (contagion)
Yaitu tahap diamana organisasi (perusahaan) sudah mulai banyak yang menggunakan teknologi informasi meskipun ini dilakukan atau tidak terlalu mempertimbangkan untung ruginya dari penggunaan teknologi informasi ini. Artinya aspek keuntungan (benefit) dan biaya (cost) benar-benar dikesampingkan tetapi hanya meniru beberapa perusahaan yang menjadi pesaing (competiter).

3. Tahap kendali (control)
Pada tahap ini organisasi (perusahaa) sudah mulai selektif di dalam penggunaan teknologi informasi. Ada hal yang dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan penggunaan teknolgi informasi seperti pertimbangan untung rugi (cost & benefit). Artinya bila ada individu atau suatu unit di dalam organisasi (perusahaan) membutuhkan teknologi informasi, bagian pengadaan takan melakukan evaluasi dulu biaya yang dikeluarkan serta keuntungan yang nanatinya akan didapat dengan penggunaan teknologi informasi.

4. Tahap matang (mature)
Pada tahap ini organisasi (perusahaan) menggunakan teknologi informasi tidak hanya mempertimbangakan keuntungan (benfit) yang akan didapatkan serta berapa biaya (cost) yang harus dikeluarkan tetapi lebih dari itu bagaimana teknologi informasi yang digunakan dapat dijadikan sebagai alat keunggulan di dalam bersaing (compatetive advantage).
 
 
Dari ke empat tahapan di atas seperti yang digambarkan di Nolan’s stages yang dianjurkan jika perusahaan akan menerapkan end user computing atau end user development adalah paling tidak perusahaan sudah memasuki pada tahap kendali (control). Kenapa demikian? Karena dalam tahap ini organisasi dan manajer sudah dianggap memahami benar pemanfaatan teknolgi informasi sehingga ini akan lebih menjamin keberhasilan penerapan end user computing.



STRATEGI END USER COMPUTING
Organisasi (perusahaan) yang sudah siap dan melakukan end user computing akan memiliki keunggulan tersendiri, karena pengambilan keputusan yang sifatnya ad-hoc akan dapat cepat diselesaikan oleh masing-masing manajer dengan bantuan sistem teknologi informasi yang dibangun sendiri. Perkembangan EUC di organisasi ini nantinya akan mengarah pada titik pertumbuhan yang terkendali (controlled growth), yaitu saat EUC diterapkan secara optimal di dalam organisasi (perusahaan). Untuk mencapai titik tersebut dapat dicapai dengan tiga cara, yaitu seperti yang tampak dalam gambar berikut ini.


1. Staregi aslerasi (acceleretion)
Strategi yang lebih menekankan pada kecepatan ekspansi dari penerapan EUC dengan pengendalian yang kurang diperhatikan. Dalam strategi ini sangat mengedepankan peningkatan kuantitas jumlah manajer yang melakukan EUC. 
 
2. Strategi kontaimen (containment)
Berbeda dengan strategi aselerasi, strategi ini justru lebih mengedepankan pada pengendalian dari EUC dibandingkan dengan kecepatan penerapannya. Dengan kata lain pengembangan EUC akan memprioritaskan pada kualitas EUC sebelum nantinya diikuti oleh kuantitas yang melakukan EUC.
 
3. Strategi imbang (balance)
Dalam strategi ini ada prioritaskesimbangan antara kualitas EUC dan kuantitasnya dalam mencapai pertumbuhan terkendali dari penerapan EUC di perusahaan. Strategi ini banyak dilakukan organisasi di Amerika Serikat.


TAKTIK PENERAPAN END USER COMPUTING
Ada hal yang mesti mendapat perhatian dalam penerapan EUC yaitu dengan taktik menyediakan alat-alat pengembangan sistem informasi (tools sistem) yang mudah digunakan serta membangun pusat informasi (information center) dalam organisasi (perusahaan), hal ini penting sekali untuk mengatasi kelemahan kemampuan teknis pemakai sekaligus penegmbang dalam hal ini adalah manajer. Sekarang ini banyak alat-alat pengembang sistem berupa perangkat lunak (generasi ke empat) yang dapat digunakan untuk membantu manajer dalam mengambangkan aplikasinya sendiri. Alat-alat perangkat lunak yang ada saat ini dapat berupa DBMS (Data Base Management Systems) dengan bahasa kueri (query language) yang disediakannya, Visual Language dan CASE (Computer Aided Software Engineering).

Taktik lain yang selain menyediakan alat-alat pengembang sistem yang mudah untuk membantu penerapan EUC adalah dengan membangun pusat informasi (information center atau IC) di dalam departemen informasi. Bagian ini (departemen informasi) akan berfungsi pertama memberikan layanan konsultasi kepada manajer yang mengalami kesulian teknis dalam mengembangkan aplikasinya sendiri. Kedua dapat berfungsi sebagai pengawas (melakukan fungsi kontrol) untuk menjamin penerapan EUC terkendali dengan baik sesuai dengan kualitas dan integritas data dan standar keamanan serta standar lainnya yang telah ditetapkan. Ketiga departemen sistem informasi juga dapat berfungsi sebagai bagian pelatihan bagi pemakai sistem, juga yang mencari dan mengevaluasi alat-alat pengembangan sistem yang dapat membantu pemakai sistem.

Dari pembahasan mengenai pengembangan sistem informasi oleh pemakai (end user development atau end user computing) penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
  1. End User Development (EUD) atau End User Computing (EUC) adalah salah satu metode pengembangan sistem informasi yang dilakukan oleh pemakai dalam suatu organisasi guna membantu pemakai (manajer) dalam menghadapi permsalahan-permasalahan yang bersifat ad-hoc yang melibatkan keputusan-keputusan yang tidak terstruktur yang butuh penyelesaian cepat. 
  2. Dalam mengambil kebijakan untuk melakukan atau menerapkan End User Computing para pengembang sistem informasi (manajer) harus memperhatikan keunggulan serta kelemahan dari EUC itu sendiri. 
  3. Para pemakai (manajer) yang mengembangkan sistem informasinya sendiri (EUD/EUC) dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi (computer literacy) serta kemampuan teknis di bidang teknologi informasi. 
  4. Untuk dapat menjamin keberhasilan penerapan EUD/EUC dibutuhkan strategi dan taktik yang tepat sehingga penerapannya akan menjadi sangat optimal. 
  5. Secara umum agar End User Computing (EUC/EUD) berhasil, harus mempertimbangkan banyak hal seperti dampaknya bagi organisasi, pemahaman mengenai teknologi informasi, syarat kemampuan teknis pengembang, waktu yang tepat, strategi yang pasti serta taktik yang benar.









Referensi: 
  • http://cokinew.blogspot.co.id/2016/01/pengembangan-sistem-informasi-oleh.html
  • http://abenknst.blogspot.co.id/2009/11/end-user-computing_23.html




Kelompok 6 ©
  • Rio Rizky Abadi - 41816010022 ♂
  • Rully Setiawan - 41816010031 ♂
  • Shabrini - 41816010141 ♀
  • Susi Sunarsih - 41816010043 ♀
  • Wahyu Hidayat - 41814010051 ♂
  • Yoga Wayan Pratama - 41816010025 ♂

Jumat, 19 Mei 2017

Penerapan Sistem Informasi dalam Bidang Procurement


Procurement

Procurement  adalah semua aktivitas yang melibatkan proses mendapatkan barang meliputi pembelian juga kegiatan logistik seperti, transportasi barang masuk dan penyimpanan di gudang sebelum digunakan.  Procurement  atau kegiatan pengadaan barang tidak hanya terbatas pada aktivitas purchasing atau pembelian, yang selama ini dianggap sama oleh sebagian besar orang.

E- procurement  merupakan proses pengadaan barang atau lelang dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk website. Sedangkan menurut (Chaffey, 2007) e-procurement  adalah merupakan integrasi dan manajemen elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan barang dan jasa.

E-procurement merupakan suatu proses pengadaan yang mengacu pada penggunaan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi yang meliputi pencarian sumber daya, negosiasi, pemesanan, dan pembelian. Selain itu juga mendefinisikan e-procurement sebagai penggabungan manajemen, otomatisasi, dan optimisasi dari suatu proses pengadaan suatu organisasi dengan menggunakan sistem elektronik berbasis web. Juga menambahkan definisi tentang e-procurement yaitu sebuah teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi pengadaan barang melalui internet.

Secara umum tujuan diterapkannya e-procurement adalah untuk menciptakan efisiensi , transparansi dan efektifitas serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa serta pihak yang menyediakan jasa. (Demin, 2002) juga menambahkan mengenai tujuan e-procurement adalah untuk memperbaiki tingkat layanan kepada para pengguna dan mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih terintegrasi melalui rantai suplai perusahaan yang bersangkutan , serta untuk membuat lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia dalam proses pengadaan.

Dalam penerapan e-procurement telah diperoleh beberapa manfaat seperti yang dijelaskan oleh (Teo & Lai, 2009) yang membagi keuntungan dari e-procurement menjadi 2 yaitu keuntungan yang dirasakan secara langsung (meningkatkan kevalidan data, meningkatkan efisiensi dalam proses pengadaan, proses aplikasi yang lebih cepat, mengurangi biaya operasional juga administrasi) dan keuntungan yang tidak langsung (e-procurement membuat pengadaan menjadi lebih dapat berkompetisi , meningkatkan pelayanan pada konsumen, dan meningkatkan hubungan dengan rekan kerja). Selain itu (Panayiotou, Gayialis, & Tatsiopoulos, 2004) juga menambahkan yaitu e-procurement dapat mengurangi jumlah biaya distribusi (rata-rata sebesar 1 %), mengurangi biaya per tender (rata-rata 20% cost per tender), dapat memberikan lead time savings (untuk open tender rata-rata 6,8 bulan – 4,1 bulan dan untuk tender terbatas rata-rata 11,8 bulan-7,7 bulan), peningkatan kualitas proses (proses pemesanan barang yang simpel, mengurangi penggunaan kertas, pemborosan mempersingkat jalur birokrasi, adanya standarisasi proses dan dokumentasi.



Komponen E-Procurement

Komponen e-procurement meliputi:

  • Perangkat keras (hardware)
Adalah perangkat alat keras yang digunakan untuk mendukung e-procurement, contohnya adalah komputer.

  • Perangkat lunak (software)
Adalah Software yang berfungsi sebagai sistem yang menjalankan e-procurement, contohnya ERP.

  • Sumber daya manusia (brainware)
Adalah Operator yang menjalankan sistem e-procurement.

  • Pemakai atau pengguna (user)
Adalah orang yang menggunakan sistem. Peran user sangat penting dalam sistem pengadaan barang on line. Tanpa adanya user, sistem tidak dapat berjalan dengan baik karena tujuan pembuatan e-procurement adalah untuk user.

  • Kebijakan (policy)
Adalah pengatur sistem yang sedang berjalan dan memberikan kebijakan terhadap e-procurement

  • Tata kelola (governance)
Adalah aturan dari pemerintah yang menjadi acuan pembuatan atau pelaksanaan e-procurement

  • Proses (business process)
Adalah pProses bisnis yang terdapat pada perusahaan tertentu yang akan menjadi dasar dari e-procurement

  • Infrastruktur perusahaan
Adalah Infrastruktur dalam perusahaan dimana infrastruktur saling berintegrasi untuk mencapai tujuan.



Prinsip E-Procurement

Beberapa prinsip dari e-procurement adalah sebagai berikut.

  • At the right place
Maksudnya adalah bahwa E-procurement memastikan bahwa barang akan dikirim ke tempat yang tepat . Pengiriman barang akan berlangsung efektif dengan tingkat keakuratan 100% karena jalur pengiriman yang sudah diatur oleh sistem.

  • Delivered at the right time
Dengan E-procurement dipastikan bahwa barang dikirim dengan tepat waktu. Pengiriman barang juga berlangsung dengan efektif karena barang atau material yang dibutuhkan dikirim tepat pada waktunya.
  • Are of the right quality
Dengan E-procurement dipastikan bahwa kualitas barang yang sampai telah sesuai dengan pesanan.

  • Of the right quantity
Dengan E-procurement dipastikan bahwa barang yang sampai sesuai dengan jumlah pesanan.

  • From the right source
Dengan E-procurement dipastikan bahwa barang yang dipesan berasal dari sumber yang benar.



Pengaruh E-procurement Terhadap Good Governance

Sebelum adanya e-procurement, pengadaan barang/jasa pemerintah masih memiliki kelemahan dalam sistem prosedur, diantaranya:

  1. Tidak transparan/terbuka;
  2. Tidak dapat diketahui dengan mudah dan terus-menerus;
  3. Ketentuan-ketentuan pengadaan tidak jelas dan multitafsir serta persyaratan-   persyaratan yang berlebihan
  4. Adanya peluang yang memungkinkan stake holder terkait untuk saling intervensi;
  5. Tata cara evaluasi penawaran yang kurang jelas mengandung ketidakpastian;
  6. Menghasilkan penyedia jasa yang diragukan kemampuan dan keahliannya untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berkualitas.

Dilihat dari kelemahan sistem prosedur tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah sebelum diberlakukannya e-procurement sangat tidak efisien dan efektif. Dengan adanya e-procurement diharapkan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan prinsip pengadaan barang dan jasa pemerintah, yaitu efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan tanggung jawab. Dengan terpenuhinya prinsip tersebut, maka pemerintah dapat menciptakan good governance, yang mana prinsip dalam pengadaan barang/jasa tersebut memenuhi kriteria sebagaimana suatu pemerintahan dapat dikatakan sebagai good governance.

Tujuan dan Manfaat E-Procurement

Secara umum, tujuan dari diterapkannya e-procurement yaitu untuk menciptakan transparansi, efisiensi, dan efektivitas serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan melalui media elektronik (on line) antara pengguna barang / jasa dan penyediabarang/ jasa. E-procurement dapat memperbaiki tingkat layanan kepada para user, mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses pengadaan, memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time, serta mendukung proses monitoring dan audit.

Dari penerapan e-procurement, manfaat yang dapat diperoleh antara lain:

  • Keuntungan langsung: meningkatkan akurasi data, meningkatkan efisiensi dalam operasi, proses aplikasi yang lebih cepat, mengurangi biaya administrasi, mengurangi biaya operasi, dan mengurangi supply cost.
  • Keuntungan tidak langsung: membuat pengadaan lebih kompetitif, meningkatkan layanan kepada konsumen, meningkatkan hubungan mitra kerja, mempersingkat birokrasi, standarisasi proses, dan dokumentasi


Hambatan dalam Penerapan E-Procurement

Ada beberapa hambatan dalam penerapan e-procurement, antara lain karena banyak bisnis kecil dan menengah yang lambat dalam pengadaan secara online. Selain itu, jumlah pemasok yang memiliki perlengkapan untuk berpartisipasi dalam sebuah proses e-procurement juga tidak banyak.

Beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan e-procurement, yaitu:

  • Pemasok-pemasok yang mampu mendukung fitur elektronik
  • Pencarian pemasok baru
  • Biaya transaksi
  • Ketersediaan konten dan transparansi proses


















Referensi:
  • http://yosita.staff.st3telkom.ac.id/2015/10/22/hello-world/
  • kepo.unikom.ac.id/30370/1/05-kajian-e-proc-andri.pdf
Kelompok 6
  • Rio Rizky Abadi_(41816010022) ♂
  • Rully Setiawan_(41816010031) ♂
  • Shabrini_(41816010141) ♀
  • Susi Sunarsih_(41816010043) ♀
  • Wahyu Hidayat_(41814010051) ♂
  • Yoga Wayan Pratama_(41816010025) ♂

Kamis, 04 Mei 2017

Data Flow Diagram Dalam Perancangan Sistem Informasi Akuntansi

Pengertian DFD (Data Flow Diagram)

Diagram Alir Data (DAD) atau Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan  DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.

Latar belakang DAD (Diagram Alir Data)

Suatu yang lazim bahwa ketika menggambarkan sebuah sistem kontekstual data flow diagram yang akan pertama kali muncul adalah interaksi antara sistem dan entitas luar. DFD didisain untuk menunjukkan sebuah sistem yang terbagi-bagi menjadi suatu bagian sub-sistem yang lebih kecil adan untuk menggarisbawahi arus data antara kedua hal yang tersebut diatas. Diagram ini lalu dikembangkanuntuk melihat lebih rinci sehingga dapat terlihat model-model yang terdapat di dalamnya.

Tujuan DFD

Tujuan DFD adalah :

  1. Memberikan indikasi mengenai bagaimana data ditransformasi pada saat data bergerak melalui sistem
  2. Menggambarkan fungsi-fungsi(dan sub fungsi) yang mentransformasi aliran data


Manfaat DFD

Manfaat DFD adalah :

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi.
DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan,khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem.Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.
DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.

Simbol DFD

TERMINATOR/KESATUAN LUAR (EXTERNAL ENTITY)

Setiap sistem pasti mempunyai batas sistem (boundary) yang memisahkan suatu sistem dengan lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan (entity) di lingkungan luar sistem yang berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan membeikan input atau menerima output dari sistem (Jogiyanto, 1989).

Suatu kesatuan luar dapat disimbolkan dengan suatu notasi kotak.


Notasi terminator/Kesatuan Luar di DFD

Terminator dapat berupa orang, sekelompok orang, organisasi, departemen di dalam organisasi, atau perusahaan yang sama tetapi di luar kendali sistem yang sedang dibuat modelnya. Terminator dapat juga berupa departemen, divisi atau sistem di luar sistem yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan.

ARUS DATA (DATA FLOW)

Arus data (data flow) di DFD diberi simbol suatu panah. Arus data ini mengalir diantara proses (Process), simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). Arus data ini menunjukkan arus data yang dapat berupa masukkan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.


Notasi Arus Data di DFD

Arus Arus data  data dapat dapat berbentuk berbentuk sebagai sebagai berikut berikut :


  • Formulir atau atau dokumen dokumen yang  yang digunakan digunakan perusahaan perusahaan
  • Laporan tercetak tercetak yang  yang dihasilkan dihasilkan sistem sistem
  • Output dilayar  komputer
  • Masukan untuk komputer komputer
  • Komunikasi ucapan
  • Surat atau memo
  • Data yang dibaca atau atau direkam di  file
  • Suatu isian yang  yang dicatat pada buku agenda
  • Transmisi data  dari suatu komputer ke komputer lain

PROSES (PROCESS)

Suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin, atau komputer dan hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dilakukan arus data yang akan keluar dari prises. Suatu proses dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau dengan simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.


Notasi Proses di DFD

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang proses :


  • Proses harus memiliki input dan output.
  • Proses dapat dihubungkan dengan komponen terminator, data store atau proses melalui alur data.
  • Sistem/bagian/divisi/departemen yang sedang dianalisis oleh profesional sistem digambarkan dengan komponen proses.

SIMPANAN DATA (DATA STORE)

Simpanan data (data store) merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file atau database di sistem komputer, arsip atau catatan manual, kotak tempat data di meja seseorang, tabel acuan manual, agenda atau buku. Simpanan data di DFD dapat disimbolkan dengan sepasang garis horizontal paralel yang tertutup di salah satu ujungnya.

Simbol dari Simpanan Data di DFD


Simbol Simbol Lain Dalam DFD


Simbol-Simbol Dalam DFD.


Syarat Memuat DFD

Syarat-syarat pembuatan DFD ini adalah :


  1. Pemberian nama untuk tiap komponen DFD
  2. Pemberian nomor pada komponen proses
  3. Penggambaran DFD sesering mungkin agar enak dilihat
  4. Penghindaran penggambaran DFD yang rumit
  5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsiten secara logika

Tips-tips dalam membuat DFD

Berikut ini tips-tips dalam membuat DFD :


  1. Pilih notasi sehingga proses yang didekomposisi atau tidak didekomposisi dapat dibaca dengan mudah
  2. Nama proses harus terdiri dari kata kerja dan kata benda
  3. Nama yang dipakai untuk proses, data store, dataflow harus konsisten (identitas perlu)
  4. Setiap level harus konsisten aliran datanya dengan level sebelumnya
  5. Usahakan agar external entity pada setiap level konsisten peletakannya
  6. Banyaknya proses  yang disarankan pada setiap level tidak melebihi 7 proses
  7. Dekomposisi berdasarkan kelompok data lebih disarankan (memudahkan aliran data ke storage yang sama)
  8. Nama Proses yang umum hanya untuk prose yang masih akan didekomposisi
  9. Pada Proses yang sudah tidak didekomposisi, nama Proses dan nama Data harus sudah spesifik
  10. Aliran ke storage harus melalui proses, tidak boleh langsung dari external entity
  11. Aliran data untuk Proses Report .. : harus ada aliran keluar. Akan ada aliran masuk jika perlu parameter untuk mengaktifkan report
  12. Aliran data yang tidak ada datastorenya harus diteliti, apakah memang tidak mencerminkan persisten entity (perlu disimpan dalam file/tabel), yaitu kelak hanya akan menjadi variabel dalam program.

Langkah membuat/menggambar DFD

Tidak ada aturan baku untuk menggambarkan DFD. Tapi dari berbagai referensi yang ada, secara garis besar langkah untuk membuat DFD adalah :

IDENTIFIKASI ENTITAS LUAR, INPUT DAN OUTPUT
Identifikasi terlebih dahulu semua entitas luar, input dan ouput yang terlibat di sistem.

BUAT DIAGRAM KONTEKS (DIAGRAM CONTEXT)
Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan luarnya.
Caranya :


  • Tentukan nama sistemnya.
  • Tentukan batasan sistemnya.
  • Tentukan terminator apa saja yang ada dalam sistem.
  • Tentukan apa yang diterima/diberikan external entity dari/ke sistem.
  • Gambarkan diagram konteks.



BUAT DIAGRAM LEVEL ZERO (OVERVIEW DIAGRAM)
Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram konteks.
Caranya :


  • Tentukan proses utama yang ada pada sistem.
  • Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing proses ke/dari sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yang keluar/masuk dari suatu level harus sama dengan alur data yang masuk/keluar pada level berikutnya).
  • Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber maupun tujuan alur data.
  • Hindari perpotongan arus data
  • Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan urutan proses).



BUAT DIAGRAM LEVEL SATU
Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.
Caranya :


  • Tentukan proses yang lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yang ada di level zero.
  • Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing sub-proses ke/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.
  • Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sebagai sumber maupun tujuan alur data.
  • Hindari perpotongan arus data.
  • Beri nomor pada masing-masing sub-proses yang menunjukkan dekomposisi dari proses sebelumnya.C ontoh : 1.1, 1.2, 2



Level dalam DFD

Kesalahan dalan pembuatan DFD

Umumnya kesalahan dalam pembuatan   DFD adalah :




  1. Proses mempunyai input tetapi tidak menghasilkan output. Kesalahan ini disebut dengan black hole (lubang hitam), karena data masuk ke dalam proses dan lenyap tidak berbekas seperti dimasukkan ke dalam lubang hitam.
  2. Proses menghasilkan output tetapi tidak pernah menerima input. Kesalahan ini disebut dengan miracle (ajaib), karena ajaib dihasilkan output tanpa pernah menerima input.
  3. Input yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan proses
  4. Data Store tidak memiliki keluaran
  5. Data Store tidak memiliki masukan
  6. Hubungan langsung antar entitas luar
  7. Masukan langsung entitas data store
  8. Keluaran langsun dari data store ke Entitas  luar
  9. Hubungan langsung antar data store
  10. Data masukan dan keluaran yang tidak bersesuain dalam data store

Kelebihan dan Kekurangan DFD :

Kelebihan :

  1. DFD membantu para analis sitem meringkas informasi tentang sistem,mengetahui hubungan antar sub-subsistem, membantu perkembangan aplikasi secara efektif. DFD tidak menunjukkan proses pengulangan (loop).
  2. DFD berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik antara pemakai dan analis sistem. DFD tidak menunjukkan proses perhitungan.
  3. DFD dapat menggambarkan sejumlah batasan otomasi (teknik untuk membuat perangkat, proses, atau sistem agarberjalan secara otomatis) untuk pengembangan alternatif sistem fisik.


Kekurangan :

  1. DFD tidak menunjukkan proses pengulangan (loop).
  2. DFD berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik antara pemakai dan analis sistem. DFD tidak menunjukkan proses perhitungan.
  3. DFD dapat menggambarkan sejumlah batasan otomasi (teknik untuk membuat perangkat, proses, atau sistem agar berjalan secara otomatis) untuk pengembangan alternatif sistem fisik. DFD tidak memperlihatkan aliran kontrol.
  4. Lemah dalam konsep model untuk pendeskripsian data dan basis data.


Contoh Data Flow Diagram dalam Sistem Informasi Akuntansi




Referensi:

  • http://riiaiia.blogspot.co.id/2012/10/data-flow-diagram-dfd.html
  • http://getri9393.blogspot.co.id/2014/01/data-flow-diagram-dfd_5764.html
  • publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6231/1/JURNAL.pdf




Kelompok 6
  • Rio Rizky Abadi_(41816010022) ♂
  • Rully Setiawan_(41816010031) ♂
  • Shabrini_(41816010141) ♀
  • Susi Sunarsih_(41816010043) ♀
  • Wahyu Hidayat_(41814010051) ♂
  • Yoga Wayan Pratama_(41816010025) ♂

Sabtu, 08 April 2017

Faktor Kegagalan dalam Sistem Informasi Perubahan

PENERAPAN SISTEM INFORMASI DALAM BISNIS

Sistem informasi ialah suatu sistem yang saling berinteraksi dengan lingkungan dan melalui rantai siklus yang disebut siklus sistem informasi. Siklus tersebut terdiri dari input, process, dan output (IPO). Siklus IPO menggambarkan bagaimana sistem memperoleh input dari luar dan kemudian diproses sehingga menghasilkan suatu output. Output yang dihasilkan akan dikembalikan sebagai information service. Ada tiga bagian utama dari sistem informasi:

  • Data yang mendukung informasi
  • Prosedur bagaimana mengoperasikan sistem informasi
  • Orang yang membuat produk, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menggunakan sistem informasi

Terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis, yaitu :

  1. Mendukung proses bisnis dan operasional.
  2. Mendukung pengambilan keputusan.
  3. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif.


Kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi ditentukan oleh level manajemen dan pihak non-manajemen yang akan menggunakan informasi. Oleh karena itu, sistem informasi yang dibangun atau dipakai dalam sebuah organisasi perlu mengakomodasi kebutuhan pemakai berdasarkan level manajemen.

Di dalam organisasi tradisional umumnya terdapat 4 level manajemen, yaitu :

  1. Manajemen Tingkat Atas (Manajemen Strategis), merupakan manajemen pada level paling atas yang menangani keputusan-keputusan strategis. Keputusan strategis adalah keputusan yang sangat kompleks dan jarang sekali menggunakan prosedur yang telah ditentukan.
  2. Manajemen Tingkat Menengah (Manajemen Taktis), merupakan keputusan-keputusan yang mengimplementasikan sasaran-sasaran strategis suatu organisasi.
  3. Manajemen Tingkat Bawah (Manajemen Operasional), merupakan manajemen yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan operasional dalam suatu organisasi. Fokus utama kejadian-kejadian sehari-hari, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
  4. Pegawai Non-Manajemen, merupakan semua pegawai yang tidak termasuk dalam manajemen.



Di dalam organisasi, arus informasi dalam perusahaan mengalir secara vertikal dan horisontal. Arus informasi vertikal dibedakan menjadi arus informasi vertikal ke atas dan vertikal ke bawah. Arus informasi vertikal ke bawah berupa strategi, sasaran, dan pengarahan. Arus informasi vertikal ke atas berupa ringkasan kinerja organisasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi dan teknologi menjadi komponen yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi baik bergerak di bidang bisnis maupun non bisnis. Lebih jauh, saat ini sistem informasi berbasis internet yang penggunaannya yang semakin luas dan semakin canggih dalam hal kecepatan, ketepatan dan up-to-date informasi.

Teknologi sistem informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis, memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur,operasi dan manajemen organisasi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa :

  1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal ini, teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.
  2. Teknologi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan suatu tugas atau proses.
  3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia.



Untuk menjawab segala tantangan bisnis dan dalam mengahadapi globalisasi, sistem informasi menjadi solusi yang tepat bagi para eksekutif dan para mengambil keputusan dalam membantu proses pengembangan dan memajukan perusahaan. Dalam hal pengembangan bisnis, seseorang dapat mendesain dan menganalisis suatu permasalahan suatu aplikasi sistem informasi berdasarkan kebutuhan yang ada.

Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil dan mampu mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk mengajukan atau mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya bagi perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai akhir bisnis.

Mengembangkan solusi sistem informasi untuk mengatasi masalah bisnis dapat diimplementasikan dan dikelola sebagai beberapa proses bertahap atau beberapa siklus seperti ditunjukkan pada gambar dibaw

Siklus Pengembangan Sistem Informasi (O’Brien, 2011) :


Pengembangan SIM yang bagus berbasis komputer memerlukan SDM yang berketerampilan dan berpengalaman lama. Namun peran itu memerlukan partisipasi aktif dari para manajer organisasi. Karena sejumlah faktor, banyak organisasi bisnis yang gagal membangun sistem informasi manajemen mereka. Penyebab kegagalan itu adalah:

  1. Organisasi yang dibangun dalam kondisi buruk
  2. Tidak adanya perencanaan yang memadai
  3. Kurang personil yang handal
  4. Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem serta  mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.



SIM yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat. Perusahaan harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh.

Prinsip utama perancangan SIM : SIM harus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas utama. Tujuan Sistem Informasi Manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. SIM menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi model matematika.

PERMASALAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI

Penerapan atau implementasi teknologi informasi yang sesuai di suatu perusahaan bukanlah suatu hal yang mudah. Faktor yang harus diperhitungkan agar penerapannya mempunyai nilai lebih adalah:  manajemen perusahaan, budaya perusahaan, biaya pengadaan perangkat keras maupaun lunak, operator, perawatan dan masyarakat bila dilibatkan sebagai end user. Dengan adanya komputer untuk membantu teknologi informasi, berbagai organisasi telah mangalokasikan dana yang cukup besar untuk sistem informasi.

Keberhasilan penerapan sistem teknologi informasi tidak semestinya diukur hanya melalui efisiensi dalam hal menimalkan biaya, waktu, dan penggunaan sumber daya informasi. Keberhasilan juga harus diukur dari efektifitas teknologi informasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi , memungkinkan proses bisnisnya, meningkatkan struktur organisasi dan budaya, serta meningkatkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan. Tantangan utama para manajer bisnis dan praktisi bisnis adalah mengembangkan solusi sistem informasi yang mampu mengatasi masalah bisnis.

Meskipun suatu organisasi telah menerapkan sistem informasi untuk menunjang aktifitas bisnisnya, namun penerapan tersebut bisa berhasil ataupun tidak. Seringkali penerapan sistem informasi, terutama yang berbasis IT mengalami kegagalan karena permasalahan teknis maupun non-teknis. Secara umum, ada 3 isu pokok / hal yang paling mendasar dalam permasalahn kegagalan dan kesuksesan dalam pengembangan teknologi informasi di suatu perusahaan, yakni :

  1. Tenaga, waktu dan nilai investasi yang sudah ditanamkan perusahan-perusahaan untuk membangun sistem TI sangat besar namun dalam penerapannya selalu low utilization atau idle.
  2. Penerapan TI yang tepat didunia bisnis akan membawa manfaat yang signifikan. Terdapat  Empat fase yang harus dilalui perusahaan dalam pengelolaan manfaat TI :


  • Tahap Visi, pada tahap ini perusahaan harus melihat kembali tujuan implementasi TI. Untuk itu perusahaan dituntut membentuk arsitektur TI dan arsitektur bisnis agar keduanya dapat berjalan menuju sasaran yang sama yaitu untuk mencapai tujuan perusahaan.
  • Masa Investasi, pada fase ini perusahaan dituntut mampu memisahkan account TI dengan account lainnya.
  • Pengolahan, selain memonitor implementasi dan memperbaiki implementasi TI yang belum berjalan dengan baik dan sesuai dengan sasaran, perusahaan juga harus membuat program change management untuk mempersiapkan SDM dari sisi persepsi, pengetahuan maupun keahlian lewat program pelatihan, komunikasi maupun team building.
  • Saat memanen semua tahap yang telah dilalui, yang diperkirakan dapat terjadi antara dua hingga tiga tahun.




Mulai menurunnya nilai investasi di bidang TI karena rendahnya pemahaman TI dikalangan pemimpin perusahaan, keterbatasan pendanaan, langkanya tenaga TI yang berpengalaman dan terampil, lemahnya infrastruktur komunikasi, dan masih murahnya tenaga kerja manual, Marginal cost cenderung meningkat sementara marginal revenue tetap (flat).

KINERJA SISTEM INFORMASI  DAN EVALUASINYA

Penerapan sistem Informasi pada perusahaan bagaikan dua sisi mata uang. Bisa berujung pada kesuksesan hingga kegagalan. Pengembangan dan pembangunan sistem informasi pada dasarnya dikembangkan dengan harapan yang tinggi namun sering berakhir dengan kegagalan. Alat ukur keberhasilan sebuah proyek umumnya menggunakan metode evaluasi proyek ekonomi standar untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan proyek sistem informasi karena kompleksitas dari proses pelaksanaan proyek sistem informasi dan dampak jangka panjang dari proyek pada organisasi.

Evaluasi sistem informasi dapat dilakukan dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Kinerja sistem informasi tidak dapat dinilai sebagai baik atau buruk tanpa keberhasilan pelaksanaan proyek. Evaluasi proyek sistem informasi bisa sangat bermasalah dan kadang-kadang bisa sangat subyektif dan tidak ada satu metode evaluasi sistem informasi yang dapat diterapkan untuk semua situasi. Evaluasi menjadi subyektif dan dapat bergantung pada keadaan termasuk waktu.

Meskipun demikian, peneliti manajemen sistem informasi telah melihat seperangkat ukuran formal untuk menilai sistem. Berikut merupakan ukuran kesuksesan sebuah sistem informasi yang dianggap paling penting


  1. Penggunaan sistem level tinggi, sebagaimana diukur dengan polling pengguna, memberikan kuesioner, atau memantau parameter-parameter seperti volume transaksi.
  2. Kepuasan pengguna pada sistem, sebagaimana diukur oleh kuesioner atau wawancara. Hal ini mungkin termasuk pendapat pengguna pada akurasi, aktualitas, dan kerelevanan informasi, kualitas servis, dan mungkin pada jadwal operasinya. Yang paling penting adalah perilaku manajer pada sejauh mana tingkat kepuasannya terhadap informasi yang dibutuhkannya dan pendapat pengguna tentang bagaimana sistem meningkatkan kinerja mereka
  3. Perilaku menguntungkan dari pengguna sistem informasi dan staf sistem informasi.
  4. Tercapainya tujuan sistem, tingkat di mana sistem dapat mencapai tujuan tertentu, sebagaimana ditunjukkan dengan peningkatan kinerja organisasi dan pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh sistem.
  5. Pembayaran finansial kepada organisasi, baik dengan mengurangi biaya atau meningkatkan penjualan atau keuntungan.



kelima ukuran dianggap menjadi nilai batas walaupun analisis keuntungan biaya mungkin digambarkan dengan berat di dalam keputusan untuk membangun sebuah sistem tertentu. Keuntungan dari sebuah sistem informasi mungkin tidak secara keseluruhan dapat diperhitungkan. Terlebih lagi keuntungan nyata tidak dapat dengan mudah ditunjukkan untuk aplikasi sistem pendukung keputusan tingkat lanjut. Dan meskipun metodologi keuntungan telah diikuti secara akurat , sejarah banyak proyek pengembangan sistem telah

menunjukkan perkiraan nyata ini selalu sulit untuk diformulasikan. Peneliti manajemen sistem informasi lebih berkonsentrasi pada ukuran manusia dan organisasi pada kesuksesan sistem seperti kualitas informasi, kualitas sistem, dan pengaruh sistem pada kinerja organisasi.

KATEGORISASI KEGAGALAN SISTEM INFORMASI

Secara umum, penilaian kinerja sistem informasi berfokus pada pertimbangan dari keberhasilan dan kegagalan sistem informasi. Masalah kegagalan sistem informasi dapat dianalisis dengan mengasumsikan bahwa belajar dari kegagalan sistem informasi akan memberikan pelajaran penting untuk merumuskan strategi sukses bagi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan pengelolaan sistem informasi. Enam jenis kegagalan sistem informasi dapat diidentifikasi sebagai berikut :

  1. Kegagalan Teknis
  2. Kegagalan Proyek
  3. Kegagalan Organisasi
  4. Kegagalan Lingkungan
  5. Kegagalan Pembangunan
  6. Kegagalan Penggunaan



Tingkat keberhasilan maupun kegagalan sistem informasi dapat dikategorikan menjadi 3 tingkat tergantung kepada tingkat keberhasilannya, yaitu :

  1. Pertama adalah kegagalan total inisiatif, tidak pernah dilaksanakan atau di mana sistem baru diterapkan tetapi segera ditinggalkan.
  2. Kedua adalah kegagalan parsial dari inisiatif, di mana tujuan utama tidak tercapai atau di mana terdapat hasil yang tidak diinginkan yang signifikan. Terkait dengan kegagalan parsial adalah kegagalan keberlanjutan mana inisiatif pertama berhasil tetapi kemudian ditinggalkan setelah satu tahun atau lebih.
  3. Ketiga adalah keberhasilan dari inisiatif di mana sebagian besar pemangku kepentingan mencapai tujuan utama mereka dan tidak mengalami hasil yang tidak diinginkan.



FAKTOR-FAKTOR KESUKSESAN DAN KEGAGALAN SI

Ada beberapa faktor penting yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan proyek sistem informasi. Menurut Rosemary Cassafo dalam O’Brien (1999), kegagalan penerapan sistem informasi disebabkan karena beberapa hal berikut :

  • Kurangnya dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen
  • Tidak memiliki perencanaan memadai mengenai tahapan dan arahan yang harus dilakukan
  • Inkompetensi secara teknologi
  • Strategi dan tujuan tidak jelas ketika akan menerapkan sistem informasi
  • Tidak jelasnya kebutuhan terhadap sistem



Sementara itu, ada tujuh faktor penentu kesuksesan dalam memformulasikan suatu strategi TI yang paling efektif, yaitu :

  • Scale dan Scope
  • Necessity dan Speed
  • Principles dan Increments
  • Update dan Review
  • Fit dan Timing
  • Resources dan Skill
  • Support dan Consensus



Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi TI hampir umum bagi semua perusahaan. Namun prioritas dan pentingnya faktor mungkin berbeda dari perusahaan ke perusahaan yang lain berdasarkan budaya mereka, wilayah, struktur organisasi, lingkungan dan bisnis utama yang mereka hadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan sistem informasi dapat dikategorikan menjadi 5 faktor utama, yaitu :


1. Faktor-Faktor Lingkungan
  • Globalisasi
  • Lingkungan dinamis
  • Kompetisi


2. Faktor Struktur Organisasi Internal

  • Keselarasan strategis antara struktur dan infrastruktur organisasi dengan struktur dan infrastruktur sistem informasi
  • Partisipasi pengguna dalam proyek sistem informasi
  • Pencocokan kemampuan TI untuk kebutuhan dan tujuan organisasi
  • Konteks struktur organisasi
  • Keterampilan teknis dan manajerial yang mencukupi

3. Faktor Struktur Tim Proyek

  • Umpan balik pemimpin proyek untuk tim
  • Pengalaman pemimpin proyek
  • Pemantauan dan pengendalian proyek
  • Pelatihan yang memadai untuk anggota tim
  • Peer review atas kemajuan proyek
  • Pengalaman anggota tim
  • Komitmen anggota tim
  • Kontrol diri anggota tim

4. Teknologi yang Sesuai dan Metodologi Proyek

  • Tujuan yang jelas
  • Rencana proyek yang detail
  • Lingkup proyek yang tepat
  • Memanfaatkan metodologi yang efektif
  • Penggunaan teknologi yang tepat
  • Implementasi sistem yang efektif

5. Dukungan Pasca Proyek

  • Pelatihan pengguna
  • Dukungan software
  • Pelatihan staff TI
  • Bantuan tepat waktu pada pengguna




Ada hubungan yang erat antara faktor lingkungan dan tingkat keberhasilan dan kegagalan TI dalam perusahaan karena lingkungan eksternal sering mendorong atau memaksa perusahaan untuk memanfaatkan aplikasi sistem informasi strategis untuk bertahan hidup. Dinamika lingkungan merupakan faktor efektif karena ketidakpastian lingkungan mempengaruhi aplikasi sistem informasi perusahaan. Dalam lingkungan perusahaan yang stabil dan sederhana umumnya membaca dengan teliti strategi defensif berdasarkan efisiensi tinggi dan efektivitas biaya. Namun dalam lingkungan yang tidak pasti suatu perusahaan harus memiliki aplikasi strategis tingkat tinggi agar sistem informasi sukses karena aplikasi sistem informasi strategis adalah salah satu yang memiliki efek yang besar terhadap keberhasilan perusahaan dengan mempengaruhi atau membentuk strategi perusahaan atau memainkan peran langsung dalam pelaksanaan strategi perusahaan.

Jika perusahaan adalah perusahaan global, maka harus menyesuaikan proyek sistem informasi aslinya dengan anak perusahaan agar sesuai kondisi anak perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu mencapai sesuai dengan kebutuhan spesifik, proyek sistem informasi mungkin gagal dengan probabilitas tinggi. Perusahaan menerapkan proyek sistem informasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif melalui diferensiasi, inovasi pengurangan biaya, dan pertumbuhan. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif jika perusahaan tidak mampu untuk mengembangkan dan menerapkan proyek sistem informasi yang akan membuat mereka mendapatkan keuntungan kompetitif, perusahaan tidak dapat mencapai kesuksesan proyek sistem informasi.

Struktur organisasi internal juga mempengaruhi kesuksesan proyek sistem informasi. Harus terdapat keselarasan antara struktur dan infratruktur perusahaan dengan struktur dan infrastruktur sistem informasi. Kesesuaian infrastruktur perusahaan dengan infrastruktur sistem informasi adalah tonggak penting dalam menerapkan proyek SI sebaliknya proyek akan gagal secara dramatis. Kemampuan TI dalam perusahaan harus sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Jika proyek sistem informasi berada dibawah kebutuhan perusahaan akan menjadi tidak berguna karena tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Sebaliknya, jika proyek sistem informasi berada diatas kebutuhan perusahaan maka proyek hanya akan mengorbankan waktu dan uang.

Konteks struktural organisasi perusahaan juga dapat mempengaruhi kesuksesan proyek sistem informasi karena organisasi dengan hirarki tradisional berada dalam kesulitan besar karena perusahaan lama tidak memadai untuk memproyeksikan secara rinci. Namun, faktor-faktor ini dapat efektif jika anggota tim memiliki komitmen yang kuat untuk proyek yang juga membuat mereka memiliki kemampuan kontrol diri. Dengan kemampuan ini anggota tim dapat memberikan kontribusi yang efektif untuk proyek yang dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan proyek sistem informasi. Tanpa komitmen tertentu, anggota tim tidak bisa bekerja dengan keyakinan keberhasilan yang secara langsung dapat membawa proyek pada kegagalan tertentu.

Keberhasilan proyek dengan teknologi dan metodologi yang dipilih untuk mengembangkan dan melaksanakan proyek TI yang dibutuhkan memiliki keterkaitan yang kuat. Asumsinya  jika perusahaan gagal untuk memilih teknologi dan metodologi yang tepat sangat mungkin bagi entitas bisnis yang bersangkutan mengalami kegagalan pada akhir proyek. Sedangkan untuk mendapatkan keberhasilan perusahaan harus mulai berpikir tentang proyek dengan mendefinisikan tujuan secara jelas yang juga dapat membantu mereka untuk menentukan ruang lingkup proyek yang tepat.

Dengan tujuan (goal) dan lingkup proyek yang didefinisikan dengan baik, mereka dapat memilih teknologi dan metodologi yang tepat yang disertai dengan tujuan dan ruang lingkup. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan pelaksanaan proyek TI. Namun jika faktor-faktor ini tidak dilengkapi dengan rencana proyek yang rinci, keberhasilan tidak dapat diperoleh. Setelah memilih metodologi yang tepat, jika perusahaan berhasil menerapkan proyek TI yang dipilih dapat mencapai tingkat kesuksesan yang diinginkan.

Penerapan metodologi yang dipilih mungkin berhubungan dengan kemampuan manajerial dan teknis perusahaan serta kemampuan umum dari tim proyek. Agar memperoleh kesuksesan, perusahaan harus memilih metodologi yang sesuai dengan ruang lingkup dan kemampuan umum. Metodologi yang hebat dapat membawa mereka pada kegagalan tertentu jika mereka tidak bisa menerapkannya. Selama pelaksanaan dan setelah pelaksanaan, perusahaan harus menggunakan teknologi yang tepat guna sesuai yang dibutuhkan oleh sistem mereka. Hal ini dapat dicapai dengan memilih teknologi yang fleksibel yang dapat disesuaikan sesuai dengan perubahan kebutuhan perusahaan atau kebutuhan bagian yang berbeda dari perusahaan.

Siklus hidup proyek sistem informasi tidak berakhir pada tahap implementasi. Setelah menerapkan sistem informasi proyek pada perusahaan, dukungan dan pelatihan proyek adalah tahap berikutnya. Pelatihan pengguna adalah masalah penting karena jika pengguna tidak terlatih dengan baik dan memahami peluang proyek sistem informasi, mereka akan menolak ke sistem baru dan menolak untuk menggunakannya. Jadi sistem baru tidak akan digunakan dan dianggap sebagai proyek gagal. Bantuan tepat waktu bagi pengguna harus didukung oleh anggota proyek sistem informasi sampai pengguna terbiasa untuk menggunakan sistem.

Pada dasarmya proyek sistem informasi perlu diperbarui secara berkala sesuai dengan perubahan teknologi dan kebutuhan pengguna. Kesalahan setelah pelaksanaan proyek yang tidak terlihat dalam tahap uji coba dapat dikoreksi dengan membuat pembaruan yang diperlukan.

KESIMPULAN

Sistem informasi adalah bagian yang  sangat penting bagi perusahaan saat ini. Penerapan sistem informasi dalam suatu perusahaan tidak selalu berhasil. Sejumlah faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan proyek sistem informasi. Beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan, struktur organisasi internal, struktur tim proyek, teknologi yang sesuai dan metodologi proyek, serta dukungan pasca proyek.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka perusahaan harus melakukan langkah-langkah yang tepat ketika akan menerapkan sistem informasi. Langkah-langkah ini harus dilakukan dalam sebuah cara yang sistematis dan mengikuti kaidah-kaidah yang ada. Walaupun hal ini tidak menjamin kesuksesan pengimplementasian sebuah sistem informasi ke dalam perusahaan, namun pengerjaan yang telah mengikuti kaidah akan mendekatkan kepada hasil yang lebih baik.

Selain kesuksesan, kegagalan juga membayangi penerapan sistem informasi. Kegagalan  disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : ketidakmampuan teknisi TI yang dipekerjakan oleh perusahaan, dan ketidakcocokan TI yang dikembangkan oleh teknisi dengan tujuan perusahaan, ketidaktahuan manajer perusahaan mengenai TI yang ingin dikembangkan serta rasa memiliki perusahaan oleh para pengembang TI yang ada di dalamnya.  Solusi dari persoalan itu adalah dibutuhkan partisipasi oleh pihak perusahaan dan mempekerjakan tenaga TI yang handal dan  profesional.

Azaz manfaat TI bagi kebutuhan organisasi perusahaan harus sampai pada level end user.  Artinya  teknologi itu tidak hanya menjadi barang pajangan  terkesan canggih dari suatu organisasi. Dibutuhkan evaluasi sistem teknologi informasi agar bisa mencapai sasaran, caranya adalah sebagai berikut;

  1. Melihat kembali tujuan dari penerapan TI, dengan menggambarkan kembali arsitektur bisnis TI yang ada akan menentukan ruang lingkup, kompleksitas, jangkauan layanan, piranti TI dan investasi yang telah ditanamkan.
  2. Tentukan fasilitas pengolahan dan frekuensi pemanfaatan, ketahui potensi pelanggan, ukur manfaat dan buat acount terpisah.
  3. Perlu disadari bahwa investasi TI membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menikmati hasilnya.
  4. Memonitor dan memperbaiki implementasi yang belum berjalan baik, membuat program change management.



Referensi
  • http://warta-ekonomi.blogspot.com/2010/11/kesuksesan-dan-kegagalan-penerapan.html
  • http:// http://nicohernawan adytia48.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2012/09/25/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-keberhasilan-dan-kegagalan-penerapan-sistem-informasi-pada-suatu-perusahaan/
  • wordpress.com/artikel-sim-sistem-informasi-manajemen/


Kelompok 6 ©


  • Rio Rizky Abadi 41816010022  ♂
  • Rully Setiawan 41816010031  ♂
  • Shabrini                         41816010141  ♀
  • Susi Sunarsih                  41816010043  ♀
  • Wahyu Hidayat 41814010051  ♂
  • Yoga Wayan Pratama 41816010025  ♂